Thursday, May 22, 2008



Assalamualaikum wbt,

From My Sisters' Lips
by Na'ima B Robert [h]
Paperback 432 pages • 198 x 127 mm (A5 Novel Size)
ISBN: 0553817175 Publication Date: 03/05/2006 •
http://kitaabun.com/shopping3/product_info.php?products_id=1464

'Extremely thought-provoking, this challenges Western preconceptions of Islamic women' Telegraph

Covered from head to toe, with only her eyes visible, the sight of a Muslim woman on a Western city street rarely fails to provoke a strong reaction. Feelings of shock, horror, repulsion, or even fear, are not uncommon. But have you ever wondered who it is behind the veil, what her life is really like and how her hopes and aspirations differ from yours?

In From My Sisters’ Lips, Na’ima Robert recounts the compelling story of her conversion to Islam and offers first-hand accounts of just some of the extraordinary women she has come to know in recent years – women like herself who have chosen to live as Muslims. What emerges is a vivid and intimate portrait of a sisterhood. As they speak candidly on diverse subjects ranging from marriage to motherhood, stereotypes, submission and self-image, we hear the strong, proud voices of those who are seldom heard.

About the Author
Na’ima B. Robert is the daughter of a white South African father of Scottish descent and a black South African mother of Zulu descent. Born in Leeds, she grew up in Zimbabwe and went on to gain a first-class degree from the University of London. She has worked in the travel and tourism industry, was a teacher and has written and illustrated children’s books. Following her conversion to Islam and her marriage to a Ghanaian revert, she settled in South London, where she now lives with her husband and two small sons.

Monday, May 12, 2008

DON’T TALK TO ME ABOUT MUHAMMAD – DAUD WHARNSBY

POEM

It would be such a pleasure to have you come along with me
I accept your gracious offer
Kindness and company
But as we walk along young man
And as you help me with my load
I've only one request as we travel down this road

Don't talk to me about Muhammad
Because of him there is no peace
And I have trouble in my mind
So don't talk to me about Muhammad
And as we walk along together
We will get along just fine
As we walk along together
We will get along

That man upsets me so
So much more than you could know
I hear of his name and reputation everywhere I go
Though his family and his clan once knew him as an honest man
He's dividing everyone
With his claim that God is One

So don't talk to me about Muhammad
Because of him there is no peace
And I have trouble in my mind
So don't talk to me about Muhammad
And as we walk along together
We will get along just fine
As we walk along together
We will get along

He's misled all the weak ones
And the poor ones and the slaves
They think they've all found wealth and freedom
Following his ways
He's corrupted all the youth
With his twisted brand of truth
Convinced them that they all are strong
Giving them somewhere to belong

So don't talk to me about Muhammad
Because of him there is no peace
And I have trouble in my mind
So don't talk to me about Muhammad
And as we walk along together
We will get along just fine
As we walk along together
We will get along

Now before we part and go
If its alright just the same
May I ask my dear young man
Who are you, what's your name
Forgive me what was that?
Your words weren't very clear
My ears are getting old
Sometimes its difficult to hear
It's truly rather funny though I'm sure I must be wrong
But I thought I heard you say
Your name is Muhammad
Muhammad

Ashaadu anlah ilaha illalla
Wa ashadu ana muhammadur rasululla

O talk to me, Muhammad
Upon you I pray for peace
For you have eased my troubled mind
O talk to me, Muhammad
And as we walk along together
We will get along just fine
As I travel down life's road
I will get along
Just fine

TAWADHU

DEFINISI

-Letak/letak diri di bawah - Melebur dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT dan dihadapan hamba-hamba Allah
-Menghargai orang lain - menganggap bahwa orang lain lebih baik, lebih benar dan lebih mulia - penghargaan dan pengagungan yang proporsional - bukan taklid buta.
-Terima kebenaran dari siapapun datangnya- siap menerima kebenaran tanpa melihat siapa yang berbicara
Ibnul Qayyim dalam kitab Madarijus Salikin (2/333) berkata: “Barangsiapa yang angkuh untuk tunduk kepada kebenaran walaupun datang dari anak kecil atau orang yang dimarahinya atau yang dimusuhinya maka kesombongan orang tersebut hanyalah kesombongan kepada Allah karena Allah adalah Al-Haq, ucapannya haq, agamanya haq. Al-Haq datangnya dari Allah dan kepada-Nya akan kembali. Barangsiapa menyombongkan diri untuk menerima kebenaran berarti dia menolak segala yang datang dari Allah dan menyombongkan diri di hadapan-Nya.”

AL-QURAN

Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang BERJALAN DI MUKA BUMI DENGAN RENDAH HATI (TAWADHU') dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (QS.Al-Furqan : 63).

SUNNAH

Dalam pembahasan masalah akhlak, kita selalu terkait dan bersandar kepada firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasul teladan yang baik.” (Al-Ahzab: 21)

Barangsiapa yang bersikap tawadhu’ KARENA MENCARI REDHO ALLAH maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Barangsiapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya. Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi” (HR. Al-Baihaqi)

Dan tidaklah seseorang bertawadhu kepada Allah kecuali Allah akan mengangkat (derajat)nya. (HR. Muslim : 2588)
CERITA SAHABAH/TABIIN
Diceritakan bahwa pada suatu malam datanglah seorang tamu kepada khalifah Umar bin Abdul Azis. Waktu itu beliau sedang menulis. Lampunya hampir saja padam. Tamu itu kemudian berkata: "Biarlah saya yang memperbaiki lampu itu, ya Amirul Mu'minin." Beliau menjawab: "Ah jangan, tidak baik seseorang menganggap tamunya sebagai pelayan. Itu bukan akhlaq yang mulia." Tamu itu kemudian berkata lagi: "Kalau begitu, biarlah saya bangunkan pelayan saja." Beliau menjawab: "Ah jangan, ia baru saja tidur, agaknya sejak tadi belum merasakan kelezatan bantalnya." Selanjutnya beliau sendiri membetulkan lampunya, maka tamu itu berkata lagi: "Mengapa anda sendiri yang membetulkan lampu itu, ya Amirul Mu'minin?" Beliau ra. menjawab: "Mengapa tidak, kalau saya pergi saya pun tetap Umar, kalau saya kembali sayapun tetap Umar. Tidak berkurang sesuatupun dari diriku dengan apa yang saya lakukan tadi, bukan? Selamanya saya tetap Umar."
JENIS-JENIS TAWADHU
1. Tawadhu' kepada Allah SWT. Tawadhu' kepada Allah SWT
Ertinya merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Tanda-tanda orang yang tawadhu' kepada Allah SWT diantaranya:
a. Merasa kecil/sedikit dalam taat kepada Allah, artinya seseorang yang tawadhu' kepada Allah SWT itu merasa bahwa dalam ketaatannya, ibadahnya kepada Allah masih sangat sedikit kecil dibandingkan dengan dosa yang telah dilakukan.
b. Merasa besar/banyak dalam maksiat, artinya seseorang tawadhu' kepada Allah SWT, merasa bahwa dosa/maksiat yang telah dilakukannya sangat besar/banyak dibandingkan dengan amalnya.
c. Melambungkan pujian kepada Allah SWT dan tidak kepada diri sendiri.d. Tidak menuntut hak kepada Allah, tetapi berorientasi kepada amal yang harus dilakukan.
2. Tawadhu' kepada Dienullah (al-Islam).
Tanda-tanda orang yang tawadhu' kepada Dienullah diantaranya:
a. Tunduk dan patuh kepada aturan-aturan, perintah-perintah dan larangan-larangan di dalam agama Islam.
b. Tidak mengontradiksikan al-Islam baik dalam perkataan, perasaan, pemikiran dan perbuatan.
3. Tawadhu' kepada Rasulullah SAW.
Tanda-tanda orang yang tawadhu' kepada Rasulullah SAW diantaranya:
a. Mengutamakan petunjuk Rasulullah SAW di atas manusia lainnya.
b. Mencintai, mentaati, dan mengikuti setiap perkataan dan perbuatan beliau SAW.
c. Menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan hidupnya.
4. Tawadhu' kepada sesama mukmin.
Tanda-tanda orang yang tawadhu' kepada mukmin yang lain diantaranya:
a. Menerima nasehat/saran kebenaran dari mukmin yang lain.
b. Senantiasa melihat kelebihan-kelebihan saudaranya, dan berusaha menutupi kekurangan-kekurangannya.
c. Siap membantu mukmin yang lain.
d. Bermusyawarah dengan mukmin yang lain.
e. Senantiasa bersangka baik (huznuzhan) kepada mukmin yang lain.
UKURAN TAWADHU :
Untuk mengukur apakah kita termasuk orang yang sombong atau tidak, Sa’id Hawwa, seorang ulama terkenal, dalam bukunya AlMustakhlash fi Tazkiyatil Anfus memberikan tips-tipsnya untuk kita.
1. Cobalah berdiskusi dengan orang lain tentang suatu masalah. Jika kita keberatan mengakui kebenaran perkataan lawan, berarti dalam hati kita masih ada kesombongan. namun jika anda menerima kebenaran lawan dan berterimakasih serta mengakui kelemahan diri dengan tulus, maka kita boleh sedikit berlega hati karena memiliki sifat tawadhu’
2. Cobalah berkumpul bersama teman-teman sebaya dalam suatu pertemuan. Kemudian dahulukan kepentingan orang lain atas diri kita, tidak menonjolkan diri, dan berjalan ditengah atau di belakang, bukan didepan. Nah jika kita berat melakukannya, berarti dalam hati kita masih terdapat benih kesombongan.

3. Cobalah memenuhi undangan orang miskin atau yang lebih rendah statusnya. Jika kita masih merasa berat mendatanginya, berarti dalah hati kita masih terdapat sifat sombong
4. Bawalah sendiri barang-barang keperluan keluarga tanpa dibawakan oleh orang lain. Jika kita merasa berat melakukannya, walaupun tidak ad aorang lain, berarti kita masih memiliki sifat sombong. Tapi jika kita melakukannya karena ingin dilihat orang lain, berarti riya’.
5. Kenakanlah pakaian yang sederhana. jika kita memakai pakaian yang bagus-bagus hanya karena ingin dilihat orang lain, berarti kita amsih memiliki sifat riya’. Dan jika kita merasa berat mengenakan pakaian yang sederhana di depan umum, berarti kita masih memeiliki sifat sombong.
CARA MENJADI ORANG YANG TAWADHU :
Sifat Tawadhu ini tidak dapat diperoleh secara spontan. - harus diupayakan secara bertahap, serius dan berkesinambungan.CARA yang dapat dilakukan untuk melatih munculnya sifat tawadhu :

1. Mengenal Allah
Dengan mengenal Allah beserta sifat sifatnya, maka akan muncul kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang sangat lemah dan kecil. Begitu besarnya kuasa Allah, begitu kaya, agung dan besarnya Allah. Maka tidaklah pantas bagi manusia untuk merasa sombong.
- Tidak merasa memiliki dan dimiliki melainkan semuanya adalah hanya Allah Swt yang Maha Memiliki.
2. Mengenal Diri
Dilihat dari asal usulnya, manusia berasal dari setetes mani yang bercampur.
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia itu dari setetes air mani yang bercampur” Qs Al Insaan: 2
Kemudian manusia lahir kedunia tanpa daya dan tidak mengetahui apapun.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur (QS 16:78)

Karenanya manusia tidak berhak sombong. Sudah seharusnyalah manusia bersikap tawadhu, sebab ia lemah dan tidak banyak mempunyai pengetahuan. Bahkan ia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk menyelamatka makanan yang telah direbur seekor lalat.

3. Mengenal Aib Diri
Seseorang dapat terjebak pada kesombongan bila ia tidak menyadari kekurangan dan aib yang ada pada dirinya. Boleh jadi seseorang mengira bahwa dirinya telah banyak melakukan kebaikan ,padahal ia justru melakukan kerusakan dan kezaliman.
“Dan bila dikatakan kepada mereka “Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi”
mereka menjawab” Sesungguhnya kami orang orang yang mengadakan perbaikan “ Qs 2:11

Oleh karena itu setiap muslim harus selalu melakukan instropeksi diri sebelum melakukan, saat melakukan dan sesudah melakukan sesuatu, sebelum ia dihisab oleh Allah kelak. Hal itu juga agar menyadari kekurangan dan aib dirinya sejak dini, sehingga ia akan bersikap tawadhu dan tidak sombong kepada orang lain.

4. Merenungkan nikmat Allah
Pada hakikatnya, seluruh nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya adalah ujian untuk mengetahui siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur. Namun banyak di antara manusia yang tidak menyadari hal tersebut, sehingga membanggakan, bahkan menyombongkan nikmat yang Allah berikan kepadanya.
5. Harus ikhlas, jangan merasa sudah tawadhu
Kalau ada orang yang melakukan sesuatu dan merasa dirinya tidak layak melakukan sesuatu itu, sudah merupakan tanda bahwa orang tersebut tidak tawadhu. Contohnya pejabat yang merapikan sendal, lalu dalam hatinya ia merasa mulia karena sudah mau merapikan sendal padahal ia merasa tidak pantas melakukan hal tersebut. Merapikan sendal merupakan hal yang biasa, dan bukan perbuatan nista. Apa salahnya pejabat merapikan sendal? tidak ada yang salah, jadi jangan merasa hebat dan sudah tawadhu, karena itu ciri bahwa kita tidak tawadhu.
6. Ingatlah bahwa tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah. Jadi segala yang ada itu ada dengan Allah, bukan dengan daya upaya kita. Bukan pula dengan kehebatan kita. Bukan pula dengan kecerdasan kita. Ingatlah, Qarun mendapatkan kecelakaan besar disebabkan ia merasa bahwa apa yang ia miliki, berupa harta kekayaan yang melimpah, adalah hasil dari kecerdasan dan usahanya. Disebabkan ia merasa demikian maka Allah menenggelamkan dia di muka bumi.
TAKABUR

-Satu cara utk lebih faham ialah dengan lihat perkataan berlawanan ie sombong, congkak, atau merasa dirinya lebih dari yang lain.
-Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang. (HR Muslim)
-Ketakaburan yang paling tinggi adalah manakala seseorang sudah merasa lebih tinggi daripada Allah SWT, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Fir'aun (Pharaoh). Fir'aun mengaku dirinya adalah tuhan yang harus disembah. Fir'aun membuat undang-undang yang semua orang harus mentaatinya dan mengabaikan Undang-Undang Allah SWT. Fir'aun merasa dirinya raja yang harus ditaati melebihi ketaatan kepada Allah.

Firman Allah SWT: "Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam!" maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan dia termasuk orang-orang yang kafir." (QS.Al-Baqarah : 34).Dan apabila dikatakan kepadanya: ""Bertaqwalah kepada Allah!" bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahanam. Dan sungguh neraka jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya." (QS.Al-Baqarah : 206).

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS an-Nisa: 36).

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun seberat biji sawi,” (HR Muslim).

Semakin kecil sifat kesombongan dalam diri seseorang, semakin sempurnalah ketawadhuannya. Allah berfirman, “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat-Ku, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya,” (QS al-A’raaf: 146).

Dalam sejarah manusia, Fir’aun adalah sosok yang sangat sombong. Ia pernah memerintahkan teknokrat pribadinya, Haman, untuk membuat bangunan tinggi agar sampai ke pintu-pintu langit dan dapat melihat Tuhan Musa. Allah berfirman, “Dan berkatalah Fir’aun, ‘Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta,” (QS al-Mukmin: 36-37).
Ditulis oleh Nurul Huda.