Musibah apapun yang menimpa umat Rasulullah, ia dipandang sebagai salah satu dari enam perkara :
Pertama, sebagai ujian keimanan. Allah berfirman dalam al-Quran
Firman Allah dalam Surat Muhammad ayat 31, “Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu”.
Kedua, sebagai upaya meningkatkan derajat keimanan. Semakin tinggi iman seseorang, semakin tinggi pula ujian yang ditimpakan kepadanya. Dalam al-Quran, Hadis dan Sirah Nabawiyah (sejarah nabi) banyak kita temukan kisah musibah yang menimpa para nabi. Nabi Nuh misalnya, selama 950 tahun berdakwah hanya mendapatkan sedikit orang yang beriman, sementara kebanyakan umatnya kufur bahkan memperoloknya (QS. Al-Ankabut ayat 14), Nabi Ibrahim dibakar Raja Namrudz (QS. Al-Anbiya` ayat 57-70), Nabi Ayub yang diuji dengan ludesnya harta dan kematian hampir seluruh anggota keluarganya serta tubuhnya yang dijangkiti banyak penyakit (QS. Shad ayat 41), dan Rasulullah yang diejek dan disakiti orang-orang kafir Makkah, bahkan hendak dibunuh.
Rasulullah pernah ditanya oleh Shahabat Sa’ad bin Abu Waqqash tentang orang yang paling berat
cobaannya, beliau menjawab, “
Dalam hadis lain Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim terkena duri, atau lebih dari itu, kecuali Allah mengangkat baginya satu derajat, dan menghapuskan darinya satu dosa”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ketiga, sebagai bukti cinta Allah terhadap hamba-Nya. Dalam sebuah Hadis Rasulullah bersabda “Ketika Allah mencintai suatu kaum, Dia mengujinya (dengan memberinya musibah)”. (HR. Ahmad dan al-Thabrani)
Keempat, sebagai tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang (segolongan kaum), kebaikan ini berbentuk pemberian pahala dan penghapusan dosa yang diberikan Allah bagi orang yang bersabar dalam menjalani musibah.
Dan sabdanya yang lain, “Umatku umat yang dirahmati, di mana tidak ada atas mereka siksaan di akhirat. Siksaan mereka di dunia berupa bencana, gempa dan pembunuhan”. (HR. Abu Dawud)
Dan dalam sebuah Hadis yang dari Ummul Mukminin Aisyah, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Ketika dosa seorang hamba sudah sedemikian banyak, dan tidak ada sesuatupun yang dapat menghapusnya, maka Allah mengujinya dengan kesusahan agar dosanya terhapuskan”. (HR. al-Bazzar)
Dalam sebuah Hadis Rasulullah bersabda, “Ketika Allah menghendaki kebaikan bagi hambanya, Dia mengujinya dengan bala (musibah). Dan ketika Allah menguji hambanya, Dia memberatkannya”. Saat para sahabat bertanya maksud dari memberatkannya”, Rasulullah bersabda, “Allah tidak meninggalkan baginya keluarga dan harta”. (HR. al-Thabrani)
Kelima, sebagai teguran atau peringatan. Dalam sebuah Hadis Rasulullah bersabda, “Tidak ada seorangpun dari kalian melanggar ketentuan (Agama) kemudian disegerakan siksaannya (sebagai hukuman), kecuali siksa itu menjadi kafarah (penebus dosanya). Dan siapa yang siksanya diakhirkan, maka urusannya dikembalikan kepada Allah; Kalau Allah menghendaki, Dia merahmatinya (mengampuni kesalahannya). Dan kalau Dia menghendaki, Dia akan menyiksanya” . (HR. Ibn Hibban)
Dalam sebuah Hadis yang yang lain Rasulullah bersabda, “Ketika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka disegerakan baginya hukuman (di dunia ini) atas dosanya. Dan apabila Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya, Dia tahan hukuman dosanya di dunia, sehingga disiksa-Nya pada hari Kiamat.” (HR. al-Hakim)
Keenam, sebagai siksa Allah di dunia. Dalam al-Qur`an Allah menjelaskan bahwa ketika kemaksiatan dan kejahatan merajalela, dan tidak ada orang yang mencoba melakukan amar makruf nahi munkar, maka siksa Allah (musibah) akan menimpa mereka secara keseluruhan, “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. al-Anfal ayat 25)
Dalam sebuah Hadis Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang melihat orang yang zhalim kemudian mereka tidak mengubahnya, maka hampir-hampir Allah meratakan mereka dengan siksaan dari-Nya”. (HR. Abu Dawud)
Dan sabdanya yang lain, “Demi Dzat yang menguasai diriku, sungguh kamu akan menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang munkar, atau kamu akan dikirimkan siksa dari Allah, kemudian kamu berdoa kepada-Nya dan tidak dikabulkan” (HR. al-Tirmidzi)
Semoga Allah memasukkan kita dalam golongan hamba-hambanya yang senantiasa bertaqwa dan bersabar menghadapi segala musibah.
[NOTA USRAH BULANAN: MALAYSIAN ISLAMIC STUDY GROUP (MISG) ABIM UK-EIRE]